Selasa, 14 Desember 2010

Karbamat Dalam Pestisida

Penyebab kematian 10 warga Desa Kanigoro, Kec. Ngablak, Kab. Magelang versi Pemprov Jawa Tengah adalah keracunan bahan kimia yang mengandung senyawa golongan karbamat (carbamate), yakni butyl phenyl ethyl carbamat (BMPC) yang mencemari sumber air warga. Kesimpulan itu tentu saja menambah bias pengungkapan kasus Kanigoro (Suara Merdeka, 8/9) karena tiga (3) hal: 1) Menkes RI, dr. Siti Fadilah Supari sebelumnya menyatakan bahwa penyebab kematian warga tersebut berasal dari toksin yang diproduksi bakteri Pseudomonas cocovenenans yang berkembang pada tempe gembus, tempe hasil fermentasi ampas tahu/kedelai. 2) Dinkes Kesehatan Pempov Jawa Tengah menyatakan penyebab kematikan warga bukan oleh kontaminan logam berat seperti arsenic, sianida, logam berat lain serta pestisida dan 3) bahwa sifat senyawa karbamat memiliki dosis lethal (LD50) yang relative tinggi serta waktu peluruhan (t ½) yang singkat. Oleh sebab itu, jika sumber kontaminan itu semata berasal dari air warga, ini sesuatu yang diragukan. Mana yang benar? Pada kesempatan ini penulis tidak menyoal pro-kantra soal penyebabnya, namun perlu kiranya masyarakat perlu informasi yang berimbang dan komprehensif atas sesuatu hal yang sedang memperoleh perhatian besar!
Senyawa karbamat (carbamate atau urethanes) sesungguhnya sebuah senyawa kimia organik sintetik yang memiliki struktur inti –NH-(CO)O-. Dengan kata lain senyawa karbamat merupakan ester dari asam karbamat (NH2COOH). Molekul/gugus aktif lain seperti alkil (R) dapat tersubstitusi pada atom hidrogen (H) dari gugus amida (NH2) atau dari gugus asamnya (COOH). Di alam (nature) senyawa ini terbentuk ketika gas karbondioksida (CO2) dari udara berikatan pada gugus amida (NH2) dari protein darah (globin) pada proses kuring daging. Efek dari terbentunya senyawa karbamat ini adalah membantu stabilisasi protein dari peristiwa oksidasi. Bagaimana senyawa karbamat bisa bersifat racun (toksik)? Toksisitas Pestisida Karbaril
Industri-industri pestisida memanfaatkan senyawa karbamat tersebut sebagai senyawa aktif pada perstisida jenis karbaril, karena senyawa itu memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi. Indikator sifat toksis itu tercermin dari nilai lethal dosage 50% (LD50) oral sebesar 540 ppm (mg/kg berat badan). Bandingkan dengan sifat toksis insektisida jenis lain (organoklorin), contoh DDT LD50 sebesar 113 ppm, aldrin dan dieldrin 39 ppm dan 46 ppm. Sedangkan golongan pestisida organopospor, contoh malathion dan parathion berturut-turut 1.000 ppm dan 3,6 ppm. Sifat toksis dan tidak toksis itu baru terbentuk dan tergantung pada molekul atau grup pembentuk esternya. Tidak semua senyawa karbamat bersifat toksis, sebagaimana peristiwa kuring daging.
Metil karbamat (methyl carbamate atau methylurethane) adalah senyawa karbamat paling sederhana dengan rumus kimia C2H5NO2, yang mana gugus metil (CH3) mensubstitusi atom hidrogen (H) dari gugus asam (COOH). Diketahui senyawa ini bersifat karsinogenik pada tikus. Senyawa lain adalah ethyl carbamat (urethane) yang sering dipakai sebagai “veterinary medicine”. Pestisida (merk) lain dari golongan karbamat antara lain, Aldicarb, Carbofuran, Furadan (nematisida), Carbaryl, Fenoxycarb, Sevin dan Baygon (insektisida).
Gambar (kiri), pestisida merk Sevin, sedang gambar kanan merek Baygon.
Mekanisme kerja peracunanya adalah dengan cara menginaktivasi enzim acetylcholinesterase (AKHE). Enzim AKHE diperlukan dalam mekanisme transpor elektron (inaktivasi acetylcholine), sehingga molekul ini berhenti dalam membuat getaran listrik. Maka jika AKHE inaktif, molekul acetylcholine aktif mentranpor electron pada sistem syarat involuntary. Gejala yang dirasakan pada tubuh adalah muncul tremor (gemetar), konfulsi dan berakhir pada kematian (Fardiaz, 1992). Mekanisme toksisitas serupa juga terjadi pada pestisida jenis organopospor.
Melalui jalur manakah senyawa karbamat itu bisa meracuni manusia? Senyawa karbamat yang berasal dari pestisida dan diaplikasikan pada sasaran ( tanaman, hama dan penyakit) residunya dapat terakumulasi pada udara, tanaman, tanah dan air. Residu pestisida tersebut jika menempel pada tanaman atau tanah, maka tanaman di lingkungan itu bisa berlaku sebagai agen pembawa residu karbamat.
Manusia bisa teracuni, karena mengonsumsi langsung tanaman itu atau secara tidak langsung melalui daging hewan herbivora yang makan tanaman tercemar itu. Demikian juga manusia bisa teracuni melalui udara (menghirup udara tercemar) dan air yang tercemar pestisida. Mikroplanton sebagai bagian dari ekositem akuatik juga ikut tercemar. Akibat lanjut zooplankton dan ikan-ikan sebagai predatornya juga tercemar. Melalui ikan ini, residu karbamat bisa masuk ke dalam tubuh manusia. Oleh sebab itu ketika berbicara tentang pestisida, sangatlah penting mengetahui nilai LD50 dan waktu paruh (t1/2) degradasinya.
Pestisida golongan organoklorin umumnya memiliki LD50 rendah (berdaya racun kuat) dan waktu paruh degradasi (t1/2) yang lama (bertahun). Lain dengan pestisida karbaril, nilai LD50 relatif besar dan waktu paruh degradasi cepat.
Rata-rata pestisida golongan karbaril memiliki t1/2 1 minggu. Dengan demikian, jika kasus Kanigoro divonis penyebabnya pencemaran air oleh pestisida karbamat, hal ini menimbulkan tanda tanya kembali.Oleh sebab itu menjadi tugas kita bersama, para penyuluh pertanian (PPL) untuk tidak bosan-bosan memberikan penyuluhan tentang manajemen pencegahan bahan kimia berbahaya di rumah tangga dan sektor pertanian pada khususnya. Barang-barang keseharian yang tampaknya aman-aman saja, seperti automotive fluides: minyak pelumas, minyak rem, dan BBM, atau bahan pembersih rumah tangga (household cleaners): disinfektan, pelitur, bahan pemutih, penyegar karpet, deterjen, softener, hairspray, cat rambut, kitek kuku, serta pestisida, pupuk, vernis, cat, dll. bisa berpotensi membahayakan kesehatan dari yang anda duga aman! Anda bisa bayangkan betapa, perlu berpikir ulang ketika kita harus menyantap gado-gado, martabak, pecel, karedog dan menu lain yang banyak memanfaatkan sayuran atau buah! Sementara bahan-bahan itu dibudidayakan tanpa lepas dari bahan-bahan kimia di atas!

1 komentar: