Minggu, 26 Desember 2010

Tanah Andisol, Tanah SuburAkibat Letusan Gunung

Bumi adalah sebuah planet yang memungkinkan manusia hidup di dalamnya. Berbagai penunjangkehidupan manusia, seprti lapisan ozon, oksigen, material penting berupa bebatuan, tanah, dan air menjadikan bumi sebagai satu-satunya planet yang sejauh ini masih bisa dihuni oleh manusia,tumbuhan, dan hewan.
Material tersebut nyatanya memang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Batu, air, dan tanah. Semuanya memiliki peranan penting yang tidak bisa saling menggantikan satu dan lainnya. Material bumi berupa batu dan tanah terbagi berdasarkan beberapa jenis. Tanah misalnya, untuk perkebunan dan pertanian, jenis tanah andisol dinilai memiliki keunggulan dibanding dengan jenis tanah yang lain.
Karakteristik Tanah Andiosol
Tanah andisol atau yang lebih dikenal dengan istilah tanah andosol rata-rata berwarna kehitaman. Tekstur dari tanah jenis andisol atau andosol beragam. Tanah ini bisa berbentuk tanah liat dan tanah lempung yang teksturnya kasar. Zat yang terkandung di dalamnya sebagian besar adalah abu vulkanik dari letusan gunung. Tanah jenis ini banyak dijumpai di daerah-daerah yang berada di sekitar gunung berapi.
Tanah andisol, andosol, atau istilah lain menyebutkan tanah jenis ini dengan nama tanah vulkanik mengandung unsur hara yang cukup tinggi. Unsur hara tersebut berasal dari abu letusan gunung. Sehingga tanah jenis ini sangat baik untuk ditanami. Tidak jarang daerah yang terkena musibah gunung meletus, justru tanahnya akan lebih subur daripada sebelumnya.
Selain unsur hara, zat lain yang terkandung dalam tanah andisol ini adalah zat-zat organik. Zat organik banyak terkandung pada lapisantengah dan atas, sedangkan pada tanah yang berada di lapisan bawah, kandungan organik maupun unsur hara cenderung sedikit. Tanah andisol mampu mengikat air dalam jumlah yang cukup tinggi, zatkarbon yang terkandung juga lebih tinggi dibandingkan dengan tanah jenis lain.
Gambaran Umum Tanah
Tanah yang memiliki nama latin solum,pada dasarnya adalah salah satu bagian kerak bumi yang mengandung banyak mineral dan zat-zatorganik. Tanah mengandung banyak unsur hara dan air yang dibutuhkan tumbuhan atau tanaman dalam proses pertumbuhannya.
Tidak banyak yang tahu, bahwa sebenarnya tanah memiliki tekstur yang berongga. Tekstur berongga inilah yang akhirnya menjadi tempatbagi akar untuk tumbuh dengan sangat ideal. Rongga pada tanah memberikan ruang pada akar untuk bernapas dan berkembang.
Selain bisa digunakan sebagai pondasi dalam mendirikan sebuah bangunan, tanah juga rupanya menjadi tempat tinggal bagi semua mikroorganisme. Bukan hanya itu, tanah juga menjadi tempat hewandarat mencari makan dan bergerak bebas.
Berkaitan dengan iklim, tanah memagang peranan penting sebagai pengendali erosi dan pengontrol air tanah. Meskipun tidak jarang tanah itu sendiri pun sering tererosi. Tanah pada dasarnya terbuat dari batuyang mengalami pelapukan. Pelapukan bebatuan tersebut dibantu oleh organisme-organisme yang ‘bertugas’ untuk menutupi bebatuan sehingga bebatuan itu perlahan melapuk dan hancur
http://www.anneahira.com/tanah-andisol.htm

Pencemaran Tanah

Jenis pencemaran Tanah

Sebagaimana udara dan air, tanah merupakan komponen penting dalam hidup kita. Tanah berperan penting dalam pertumbuhan mahluk hidup, memelihara ekosistem, dan memelihara siklus air. Kasus pencemaran tanah terutama disebabkan oleh pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat (ilegal dumping), kebocoran limbah cair dari industri atau fasilitas komersial, atau kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah, yang kemudian tumpah ke permukaan tanah. Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Remediasi

Kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah dikenal dengan remediasi. Sebelum melakukan remediasi, hal yang perlu diketahui:
1. Jenis pencemar (organic atau anorganik), terdegradasi/tidak, berbahaya/tidak,
2. Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari tanah tersebut,
3. Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan Fosfat (P),
4. Jenis tanah,
5. Kondisi tanah (basah, kering),
6. Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,
7. Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera/bisa ditunda).
Remediasi On-site dan Off-site
Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi. Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi :
1. stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb
2. inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus
3. penerapan immobilized enzymes
4. penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau mengubah pencemar.
Proses bioremediasi harus memperhatikan temperatur tanah, ketersediaan air, nutrien (N, P, K), perbandingan C : N kurang dari 30:1, dan ketersediaan oksigen
Kelas Zat Kimia
Kelas zat kimia yang sering diolah dengan bioremediasi
Kelas Jenis Bahan Kimia
Fuel hydrocarbons Benzene, Toluene
PAH's (Polychlorinated aromatic hydrocarbons) Creosote
PCB's (Polychlorinated biphenyls) Aroclor
Chlorinated solvents TCE (Trichloroethylene)
Chlorinated aromatic compounds Chlorobenzene
Chlorophenols Pentachlorophenol
Nonhalogenated phenolics 2-Methylphenol
Pesticides 2,4-D, Atrazine
Explosives TNT (2,4,6-Trinitrotuluene)
Nitrogen heterocyclics Pyridine
Radionuclides Plutonium
Anions Nitrate
Metals Lead

Sumber : http://www.kitada.eco.tut.ac.jp/pub/member/asep/plo/tanah.html

Selasa, 14 Desember 2010

Teknologi Pengendalian Pencemaran Udara

Teknologi pengendalian pencemaran udara dalam suatu plant atau tahap proses dirancang untuk memenuhi kebutuhan proses itu atau perlindungan lingkungan. Teknologi ini dapat dipilih dengan penerapan susunan alat pengendali sehingga memenuhi persyaratan yang telah disusun dalam rancangan proses.
Rancangan proses pengendalian pencemaran ini harus dapat memenuhi persyaratan yang dicantumkan dalam peraturan pengelolaan lingkungan. Rancangan ini harus mempertimbangkan factor ekonomi. Jadi penerapan peralatan pengendalian ini perlu dikaitkan dengan perkembangan proses produksi itu sendiri sehingga memberikan nilai ekonomik yang paling rendah baik untuk instalasi, operasi dan pemeliharaan. Nilai ekonomik yang dihubungkan dengan biaya produksi ini masih sering dianggap cukup besar. Penilaian ekonomik yang dihubungkan dengan kemaslahatan masyarakat kurang ditinjau, karena analisis ini kurang dapat dipahami oleh pihak industriawan. Dengan demikian penerapan peraturan harus dilaksanakan dan diawasi dengan baik, agar penerapan teknologi pengendalian ini bukan hanya sekedar memasang alat pengendalian pencemaran udaram tetapi kinerja alat ini tidak memenuhi persyaratan.
Teknologi pengendalian ini perlu dikaji dengan seksama, agar penggunaan alat tidak berlebihan dan kinerja yang diajukan oleh pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi persyaratan perlindungan lingkungan. System pengendalian ini harus diawali dengan memahami watak emisi senyawa pencemar dan lingkungan penerima. Teknologi pengendalian yang sempurna akan membutuhkan biaya yang besar sekali sehubungan dengan dimensi alat, kebutuhan energy, keselamatan kerja dan mekanisme reaksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan teknologi pengendalian atau rancangan system pengendalian meliputi:
1. Watak gas buang atau efluen
2. Tingkat pengurangan yang dibutuhkan
3. Teknologi komponen alat pengendalian pencemaran
4. Kemungkinan perolehan senyawapencemar yang bernilai ekonomik.
Watak efluen merupakan factor penentu dan tidak dapat digunakan untuk penyelesaian semua jenis pengendalian pencemaran. Jadi watak fisik kimia dan eluen dan lingkungan penerima harus di fahami dengan baik. Kemungkinan fenomena sinergetik yang dapat berlangsunghars dapat di perkirakan, jika perubahan watak atau komposisi effluent atau proses produksi dapat berlangsung dalam waktu yang akan dating.
Rancangan system penglolaan udara di daerah industry meliputi semua langkah perbaikan dan metode perlakuan yang menjamin hasil guna yang ekonomis untuk penyelesaian masalah. Pengkajian yang rinci harus dilakukan untuk system yang lengkap. Penilaian masalah pencemaran udara untuk system produksi meliputi tahap-tahap :
5. Rancangan dan konstruksi
1. Tahapan penialain masalah, meliputi :
1. Penyigian plant
2. Pengujian dan pengumpulan data
3. Penentuan kriteria rancangan yang mencakup pengkajian watak efluaen dengan baku mutu lingkungan udara
2. Tahap kajian teknis dan rekayasa, yaitu melaksanakan:
1. Penilaian system dan teknologi pengendalian pencemaran, yang meliputi: (1) Sumber perbaikan, (2) Metode perlakuan yang memperhatikan cara pengumpulan, pendidikan, disperse dan pembuangan, dan (3) Perolehan kembali senyawa yang bernilai ekonomik.
2. Kajian ekonomik yang meliputi investasi dan operasi
3. Tahap rancangan dan konstruksi, meliputi:
1. Pemilihan system pengendalian
2. Rancangan proses dan rekayasa serta konstruksi
Sistem pengendalian pencenmaran ini akan selalu memasang cerobong sebagai upaya untuk mengurangi konsentrasi senyawa pencemar pada saat pembebasan ke udara. Rancangan cerobong ini harus memiliki persyaratan tingkat konsentrasi di permukaan dan watak lingkungan udara yang meliputi kemantapan dan derajat inversi.
Industri telah menerapkan system pengendalian pencemaran udara dan system ini terutama dikaitkan dengan proses produksi serta penanggulangan pencemaran debu. Masalah ini belum dirancang secara seksama, meskipun baku mutu emisi udara untuk sumber yang tak bergerak yang akan digunakan sebagai acuan di Indonesia telah di terbitkan jika rancangan system menggunakan baku mutu dari emisi udara dari Negara yang sudah mantap dalam pengelolaan lingkungan udara, maka teknilogi yang di pilih akan lebih mahal. Hal ini diakibatkan oleh peralatan yang telah diproduksi itu berdasarkan acuan baku mutu emisi udara yang brlaku di Negara tersebut.

Siklus udara ruang AC

Udara Di dalam ruangan AC bersikulasi selama unit AC bekerja, untuk mempertahankan kenyamanan, ruangan senantiasa harus tertutup, dalam arti jendela dan pintu tidak terbuka kecuali bila di perlukan, baca terlebih dahulu tentang Tata udara.
Dari gambar di atas dapat di jelaskan siklus udara AC sbb:

1.Udara terkondisi AC, Yaitu udara yang telah di dinginkan, di kurangi kelembabannya dan di saring kotorannya di hembuskan kedalam ruangan sebagai udara suplai. Kecepatan aliran udara ini akan berkisar pada 500fpm untuk kecepatan rendah (low speed), 720fpm untuk kecepatan sedang (medium speed)dan 1200fpm untuk kecepatan tinggi (high speed)


2. Di dalam ruangan udara suplai AC akan bercampur dengan udara ruangan, sehingga temperatur dan kelembaban udara ruangan akan berkurang. Penurunan temperatur dan kelembaban udara tersebut akan sesuai dengan temperatur dan kelembaban untuk kenyaman yaitu kisaran 220 - 250celcis

3. Udara suplai AC yang telah bercampur dengan udara ruangan di hisap kembali oleh unit indoor AC melalui filter lalu ke evaporator dan terjadi penyerapan panas kemudian akan di hisap dengan blower (kipas ac) sebagai udara kembali (return air)

4. Udara kembali (return air) dari ruangan akan bercampur dengan debu atau kotoran lain yang ada di udara, terutam kotoran fisik akan di saring oleh saringan udara (filter)yang ada pada bagian luar evaporator jadi hanya udara jernih yang akan di suplai kembali bila AC anda kotor maka bukan udara jernih yang di hasilkan karena kotoran debu atau partikel-partikel kecil lainnya kan semakin menumpuk pada filter yang lama kelama membuat evaporator menjadi kotor lakukanlah perawatan ac max/4 bulan untuk mendapatkan udara yang bersih dan sejuk di dalam ruangan.

5. Udara kembali yang telah di saring kotorannya tsb akan mengalir melalui evaporator di sinilah terjadinya penyerapan panas. panas pada udara akan berpindah ke evaporator Naahh bila evaporatornya kotor bagaimana AC bisa menyerap panas jadi nya AC tidak dingin untuk itu biasakanlah merawat AC Tips merawat AC bila evaporator bersih dari kotoran debu-debu maka penyerapan panas akan maximal dan udara akan cepat dingin, ketika udara kembali melewati permukaan evaporator akan mengembun (kondensasi) sehingga kandungan uap air pada udara akan berkurang, air atau embun pada permukaan evaporator akan jatuh dan di buang keluar ruangan sebagai drain.

6. Udara dari evaporator yang telah di serap panasnya kemudian di hembuskan oleh blower kedalam ruangan sebagai udara suplai, selanjutnya siklus udara di ulang kembali begitu seterusnya.Dari enam tahap siklus udara ruang AC selalu meliputi tahapan :
- udara suplai
- Udara ruangan
- Udara kembali
- saringan udara (filter)
- Evaporator
- Blower

Semoga artikel ini dapat bermanfaat dan lebih mengerti tentang siklus udara ruang AC.

Polusi suara

Tulisan ini mengetengahkan sekilas pandang mengenai pencemaran udara. pengertian, pengaruhnya terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan manusia serta teknologi terbaru untuk menguranginya. Semakin pesatnya kemajuan ekonomi mendorong semakin bertambahnya kebutuhan akan transportasi, dilain sisi lingkungan alam yang mendukung hajat hidup manusia semakin terancam kualitasnya, efek negatif pencemaran udara kepada kehidupan manusia kian hari kian bertambah.

Untuk itulah tulisan singkat ini dipersembahkan sebagai bahan awal untuk melangkah menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan, gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. Pencemaran udara dapat terjadi dimana-mana, misalnya di dalam rumah, sekolah, dan kantor. Pencemaran ini sering disebut pencemaran dalam ruangan (indoor pollution). Sementara itu pencemaran di luar ruangan (outdoor pollution) berasal dari emisi kendaraan bermotor, industri, perkapalan, dan proses alami oleh makhluk hidup. Sumber pencemar udara dapat diklasifikasikan menjadi sumber diam dan sumber bergerak. Sumber diam terdiri dari pembangkit listrik, industri dan rumah tangga. Sedangkan sumber bergerak adalah aktifitas lalu lintas kendaraan bermotor dan tranportasi laut.

Dari data BPS tahun 1999, di beberapa provinsi terutama di kota-kota besar seperti Medan, Surabaya dan Jakarta, emisi kendaraan bermotor merupakan kontribusi terbesar terhadap konsentrasi NO2 dan CO di udara yang jumlahnya lebih dari 50%. Penurunan kualitas udara yang terus terjadi selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kita bahwa betapa pentingnya digalakkan usaha-usaha pengurangan emisi ini. Baik melalui penyuluhan kepada masyarakat ataupun dengan mengadakan penelitian bagi penerapan teknologi pengurangan emisi.

Tabel Kisaran Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan di Beberapa Kota Besar di Indonesia

Pencemaran Udara oleh Industri

Kegiatan manusia mengakibatkan pembebasan senyawa ke lingkungan. Pencemaran atmosfir memiliki pengaruh nyata dan segera tampak pada manusia, jika masalah ini dibandingkan dengan pencemaran untuk media lain. Perkembangan industri mempertinggi tingkat pengaruh ini. Pada sisi lain perkembangan peralatan dan teknologi pengendalian pencemaran udara semakin baik dan canggih. Penerapan system pengendalian pencemaran selalu dikaitkan dengan biaya operasi, biaya pemeliharaan dan biaya produksi.
Penurunan tingkat pencemaran udara diperlukan untuk mempertahankan kualitas udara yang memenuhi persyaratan bagi makhluk hidup di dalam biosfer, dan meningkatkan kesehatan masyarakat di daerah industri maupun di daerah yang jauh dari industri. Upaya ini dikaitkan pula dengan kenyamanan. Kegiatan manusia di kota-kota besar merupakan bagian pada pencemaran atmosferik ini. Daya dukung biosfera terbatas dalam kapasitas penyerapan senyawa-senyawa yang dibebaskan ke lingkungan. Perlindungan lingkungan yang ditangani lewat pengendalian pencemaran harus ditinjau secara bersama-sama untuk berbagai media peralihan.

Pencemaran Udara Oleh Industri
Industri selalu dikaitkan dengan sumber pencemar, karena industri merupakan kegiatan yang sangat tampak dalam pembebasab berbaggai senyawa kimia kedalam lingkungan alam. Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Udara tersusun atas komponen-komponen gas utama nitrogen (N2), oksigen (O2), dan beberapa gas mulia serta jenis gas hasil kegiatan biologic dan kegiatan alami gunung berapi. Jadi, udara alami tidak pernaha dalam keadaan murni. Atmosfer dalam kenyataan merupakan system dinamik disamping watak nyata yang tidak berubah-rubah karena selalu saling bertukar alih dengan gas pembentuk udara secara berkesinambungan dari tumbuh-tumbuhan, kelautan dan makhluk hidup lainnya. Siklus gas dalam atmosfer mencakup berbagai proses fisik dan proses kimiawi. Berbagai jenis gas dihasilkan dari proses kimiawi di dalam atmosfer itu sendiri, proses biologic, kegiatan gunung berapi, peluruhan senyawa radioaktif dan kegiatan industry. Gas-gas ini juga disisihkan dari atmosfer oleh berbagai proses kimiawi, proses biologic dan proses fisik seperti pembentukan partikel, pengendapan dan penyerapan oleh air laut dan kulit bumi. Waktu tinggal suatu jenis molekul gas yang memasuki atmosfer berada dalam rentang hitungan jam hingga jutaan tahun yang bergantung pada jenis gas tersebut.
Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara (terutama jika konsentrasi gas itu melebihi dari tingkat konsentrasi latar normal) baik gas yang berasal dari sumber alami atau sumber yang berasal dari kegiatan manusia (anthropologic sources). Table 1 menyatakan konsentrasi gas di dalam atmosfer yang bersih dan kering pada permukaan tanah.
Table 1. Konsentrasi gas di dalam atmosfer bersih dan kering
Jenis Gas Rumus Kimia Konsentrasi (ppm volum) Konsentrasi (% volum)
Nitrogen N2 780900 78.09
Oksigen O2 209500 20.95
Argon Ar 9300 0.93
Karbondioksida CO2 320 0.032
Neon Ne 18 0.0018
Helium He 5.2 0.00052
Metan CH4 1.5 0.00015
Krypton Kr 1.0 0.0001
Hydrogen H2 0.5 0.00005
Dinitrogen oksida N2O 0.2 0.00002
Karbonmonoksida CO 0.1 0.00001
Xenon Xe 0.08 0.000008
Ozon O3 0.02 0.000002
Ammonia NH3 0.006 0.0000006
Nitrogen dioksida NO2 0.001 0.0000001
Sulfur dioksida SO2 0.0002 0.00000002
Hydrogen sulfida H2S 0.0002 0.00000002
[Peave et al, 1986: 423]
Lapisan udara yang menjadi perhatian utama dalam kaitan dengan pencemaran adalah troposfer. Pada lapisan inilah terjadi peristiwa hujan asam. Hujan asam ini diakibatkan oleh reaksi dari gas SOx dan NOx dengan H2O di dalam atmosfer serta sinar matahari yang menghasilkan asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (H2NO3). Asam ini dapat merusak/mematikan tumbuhan, hewan bahkan manusia serta merusak bangunan. [Peave et al, 1986]
1. Jenis dan Pengaruh Senyawa Pencemar
Udara alami tidak pernah dalam keadaan murni, karena gas-gas missal SO2, H2S dan CO akan dibebaskan ke atmosfer akibat proses-proses alami yang berlangsung seperti pembusukan (putrefaction) tumbuhan atau bangkai, kebakaran hutan dan letusangunung berapi. Gas dan partikel padat atau cair akan disebarkan oleh angin ke seluruh bagian dan sebagian partiikel ini akan mengendap akibat kecepatan yang dimiliki tidak dapat melawan gaya tarik bumi. Pencemaran alami dan pencemar dari berbagai kegiatan manusia mengakibatkan kualitas uudara tidak sesuai dengan kualitas udara bersih. Pengenceran senyawa-senyawa pencemar ini oleh udara tidak berlangsuung secara keseluruhan pada tiap ketinggian dan tiap saat. Difusi atmosferik adalah sangat kecil pada ketinggian 3000-4000 meter dan bahkan pada keadaan nyata senyawa pencemar tidak ditemui pada ketinggian lebih dari 600 meter. Hambatan geologik dan hambatan manusia mengakibatkan hambatan pada gerakan udara sehingga terjadi penurunan kemampuan pencampuran dan pengenceran.
Istilah senyawa pencemar digunakan untuk berbagai senyawa asing dalam susunan udara bersih dan senyawa ini dapat mengakibatkan gangguan atau penurunan kualitas udara bersih serta penurunan kondisi fisik atmosfer. Senyawa-senyawa pencemar udara dikelompokkan dalam senyawa-senyawa yang mengandung:
1. Unsur karbon, seperti CO dan hidrokarbon
2. Unsur nitrogen, seperti NO dan NO2
3. Unsur sulfur, seperti H2S, SO2 dan SO3
4. Unsur halogen, seperti HF
5. Partikel padat atau cair
6. Senyawa beracun, dan
7. Senyawa radioaktif
Senyawa pencemar digolongkan sebagai: (a) senyawa pencemar primer, dan (b) senyawa pencemar sekunder. Senyawa pencemar primer adalah senyawa yang langsung dibebaskan dari sumber, sedangkan senyawa pencemar sekunder adalah senyawa baru yang terbentuk akibat interaksi dua atau lebih senyawa pencemar primer selama berada di atmosfer.
Lima jenis senyawa pencemar yang umum dikaitkan dengan pencemaran udara adalah (1) karbonmonoksida (CO), (2) oksida nitrogen (NOx), (3) oksida sulfur (SOx), (4) hidrokarbon dan (5) partikel/debu. Satuan konsentrasi yang digunakkan untuk menyatakan konsentrasi senyawa pencemar adalah µg/m3 yang menyatakan bobot zat dalam satu satuan m3 udara atau mg/m3 untuk keadaan yang tercemar berat atau ppm volum yang diukur pada keadaan standar (25 ºC dan 1 atm).
2. Karbonmonoksida
Karbonmonoksida adalah senyawa yang mempunyai sifat tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan berupa gas pada temperature diatas -192 ºC (81 K) serta tidak larut dalam air. Pengaruh gasi ini pada tumbuh-tumbuhan tidak memiliki makna pada konsentrasi CO dibawah 100 ppm. [Stoker dan Seager, 1992]
Pengaruh gas ini pada konsentrasi tinggi mengakibatkan kematian pada manusia. Pengaruh ini diakibattkan peracunan hemoglobin darah oleh gas CO dan membentuk ikatan COHb. Hemoglobin adalah wahana pengalihan oksigen (oxyhemoglobin, O2Hb) dari paru-paru ke sel dan membawa carboxyhemoglobin dari sel ke paru-paru. Jika uudara mengandung CO, maka oksigen dan CO akan bersaing dan oksigen akan mengalami kekalahan, karena laju pengikatan CO pada hemoglobin adalah 200 kali lebih cepat dari pada laju pengikatan hemoglobin pada O2 atau COHb akan terbentuk lebih dulu daripada O2Hb. Kehadiran COHb yang makin tinggi akan mengakibatkan pengaruh yang makin berat pada manusia. Table 2 menyatakan pengaruh % COHb dalam darah pada manusia.
Table 2. Pengaruh Konsentrasi COHb dalam Darah pada Manusia
% COHb dalam darah Pengaruh
Kurang dari 1 Tidak ada
1.0 – 2.0 Perilaku lain
2.0 – 5.0 Pusat syaraf terganggu, kesulitan dalam pembedaan waktu atau terang dan gelap
>5.0 Gangguan jantung dan paru-paru
10 – 80 Lelah, pusing, pingsan, comma, kematian
Kegiatan manusia yang membebaskan CO ke atmosfer dapat meningkatkan dua kali konsentrasi CO yang telah ada dalam rentang waktu antara 4-5 tahun. Mekanisme alami untuk menyusutkkan atauu menyisihkan CO dari udara telah dijadikan pokok bahasan dan sasaran dari berbagai penelitian. Hasil penelitian ini mencakup antara lain:
1. Reaksi penyisihan yang sangat lambat di atmosfer.
2. Laut yang merupakan sumber gas ini.
3. Ketidakmampuan tumbuhan untuk penyisihan gas dari atmosfer.
4. Penyisihan yang berlangsung dengan cepat oleh mikroba tanah. [Stoker dan Seager, 1973]
Operasi penyisihan CO dari atmoosfer yang mencakupp “natural sinks” bergantung pada strain mikroba tanah khusus yang terlibat.
1. Nitrogen Oksida
Rumus kimiawi NOx digunakan untuk menyatakan gabungan oksida nitrogen NO (nitric oxide) dan NO2 (nitrogen dioxide). Meskipun senyawa nitrogen yang lain juga ditemui, tetapi dua senyawa ini yang terlibat pencemaran udara di daerah urban. Ggas NO adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tetapi gas NO2 berwarna merah coklat dan berbau yang menyengat dan menyesakkan. Gas NO dibebaskan ke atmosfer dalam jumlah yang lebih besar daripada NO2. Persamaan reaksii pebentukan kedua senyawa ini dinyatakan sebagai:
N2 + O2 → 2NO [a]
2NO + O2 → 2NO2 [b]
Reaksi [a] berlangsung pada temperature diatas 1210 ºC yang merupakkan tempperatur pembakaran bahan bakar dengan udara.
Reaksi yang dapat bersaing adalah reaksi yang mencakup hidrokarbon yang terbebaskan bersama sama NOx. Antar aksi hidrokarbon menghasilkan reaksi yang tak seimbangdan pengubahan NO ke NO2 adalah lebih cepat daripada penguraian NO2 ke NO dan O sehingga penimbunan ozon berlangsung waktu tinggal NO2 di atmosfir yang didasarkan emisi global adalah 3 hari. Waktu tinggal ini menunjukkan peristiwa yang alami yang mencakup pula reaksi foto kimiawi yang menghasilkan penyusutan konsentrasi oksida ini. Hasil akhir dari proes oksida ini adalah asam nitrat yang akan mengendap dalam bentuk garam nitrat . pernyataan persamaan reaksi untuk peristiwa ini adalah:
2NO2 + H2O → HNO3 + HNO2
3NO2 + H2O → 2HNO3 + NO
Reaksi – reaksi yang berlangsung ini kurang bermakna. Jika perhitungan di dasarkan pada konsentrasi NO, NO2, H2O di daerah urban dan laju reaksi 0,1 pbb per jam. Hasil ini adalah sangat lambat bila dikaitkan dengan waktu tinggal yang telah dinyatakan.
Suatu mekanisme pembentukan HNO3 di daerah yang tercemar telah diajukan. Konsentrasi ozon akan berperan pada keadaan yang memiliki konsentrasi NO2 maximum. Suatu rangkaian persamaan yang menyatakan pembentukan HNO3 adalah:
O3 + NO2 → NO3 + O2
NO3 + NO2 → N2O5
N2O5 + H2O → 2HNO3
Hal yang penting dilakukan pembentukan HNO3 dan NO2 berlangsung dengan cepat diikuti oleh pembentukan partikel yang mengandung senyawa nitrat pengaruh NOx pada tumbuhan mengakibatkan kerusakan atau penyakit. Tetapi pengaruh langsung NOx atau pengaruh senyawa pencemar skunder akibat siklus fotolitik NO2 adalah sulit ditentukan. Kerusakan akibat NO2 di udara tampak di daerah industry membebaskan NOx dalam konsentrasi yang tinggi misalnya industry asam nitrat. Senyawa NO dan NO2 adalah berbahaya bagi kesehatan manusia dan hewan. Hasil penelitian tentang uji kematian hewan menunjukan bahwa tingkat peracunan NO2 adalah 4 kali lebih tinggi daripada tingkat peracunan NO. konsentrasi NO dalam udara ambient dinyatakan tidak berbahaya bagi kesehatan, tetapi bahaya akan timbul bila NO berubah ke NO2 yang lebih beracun di atmosfir, NO2 menyerang paru-paru dan pernafasan. Hasil pengujian dengan hewan menyatakan bahwa konsentrasi NO 100 ppm adalah konsentrasi yang mematikan bagi hewan.
Bahan juga akan mengalami kerusakan akibat pemaparan pada atmosfir yang mengandung gas NOx missal pemudaran warna textile. Korosi regangan pada logam paduan nikel dapat diakibatkan pula oleh senyawa NOx. Pegas relay telfon dapat dirusak oleh debu senyawa nitrat yang dibentuk oleh hasil reaksi senyawa NOx di atmosfir.
5.3. Hidrokarbon
Uraian hidrokarbon sebagai senyawa pencemar sering dikaitkan dengan photochemical
oxidant. Senyawa hidrokarbon adalah senyawa primer pencemar udara dan photochemical
oxidant adalah senyawa sekunder pencemar udara yang dihasilkan reaksi antara senyawa pencemar primer udara di atmosfir. Senyawa hidrokarbon yang dicakup dalam istilah pencemaran hidrokarbon adalah senyawa-senyawa yang mengandung unsur C dan H dalam rumus molekulnya. Senyawa-senyawa ini dapat berada dalam bentuk fasa gas, fasa cair, atau fasa padat. Senyawa hidrokarbon akan membentuk fasa gas jika kandungan C di dalamnya adalah lebih kecil dari 5 bahkan kandungan atom C yang lebih banyak ditemui dalam senyawa hidrokarbon yang berbentuk fasa padat missal aspal dan batubara. Senyawa hidrokarbon yang dicakup dalam masalah pencemaran udara adalah senyawa hidrokarbon yang berbentuk fasa gas dan cair yang mudah menguap. Senyawa-senyawa ini memiliki jumlah atom C yang kurang dari 12 dan struktur yang sederhana. Senyawa-senyawa ini dapat berupa senyawa alifatik, aromatic, atau alisiklik.
Hidrokarbon berperan dalam produksi photochemical
oxidant. NO2 juga terlibat dalam proses pembentukan ini. Dua senyawa pencemar sekunder yang berbahaya adalah ozon dan peroxyacetylnitrate yang merupakan senyawa tersederhana dari kelompok peroxyacetylnitrate (PAN). Ozon bukan senyawa turunan hidrokarbon, tetapi konsentrasi ozon akan meningkat di dalam atmosfir yang merupakan akibat dari reaksi hidrokarbon.
5.4. Sulfur oxide
Sulfur oxide (SOx) mungkin adalah pencemar anthropogenic yang paling menyebar dan paling banyak dikaji diantara keseluruhan pencemar anthropogenic. Kelompok oxide ini mencakup enam jenis oxide yang berbeda: sulfur monoksida, sulfur trioxide, sulfur tetra oxide, sulfur sesquioxida, sulfur heptoxida. SO2 dan SO3 adalah senyawa sulfur yang menjadi perhatian dalam kajian tentang pencemaran udara.
SO2 adalah gas yang tak berwarna, tak dapat terbakar dan tak dapat meledak tetapi berbau yang menyengat. Nilai ambang batas rasa 784 µg/m3 (0,3 ppm), nilai ambang batas bau 1306 µg/m3 (0,5 ppm). Gas ini mudah larut dalam air 11,3 g/100 mL air pada 20 ºC dan memiliki bobot molekul 64,06 g/mol serta 2 kali bobot udara. Perkiraan waktu tinggal gas ini dalam atmosfir berkisar antara 2 – 4 hari dan selama itu akan terbawa sejauh 1000 km. jadi pencemar SO2 akan menjadi masalah internasional.
Gas SO2 adalah relative mantap di dalam atmosfir dan dapat berlaku sebagai pelaku reduksi atau oxidasi. SO2 menghasilkan SO3, H2SO4 atau garam dari asam sulfat akibat dari reaksi komponen lain secara foto kimia atau reaksi katalitik di atmosfir. Reaksi – reksi yang berlangsung adalah:
SO2 + H2O → H2SO3
SO3 + H2O → H2SO4
Gas SO2, H2SO4 dan garam sulfat cenderung mengganggu membrane saluran pernafasan dan jadi pemicu penyakit pernafasan kronis terutama bronchitis. Tumbuhan juga akan mengalami kerusakan oleh gas SO2 dan asam H2SO4 misal tanaman yang peka pada gas adalah alfafa, kapas dan kedelai serta sayuran kacang, bayam dan lettuce. Bahan bangunan juga akan mengalami kerusakan terutama bahan yang mengandung senyawa karbonat missal marmer, kapur, karbonat akan digantikan oleh sulfat dan akan terlarut oleh air. Gypsum CaSO4 yang terbentuk akan terbasuh oleh air dan meninggalkan permukaan yang berlubang dan permukaan berubah warna.
5.5. Partikulat
Partikulat atau padayan renik dapat berbentuk cairan atau padatan. Partikulat ini adalah bahan yang tersebar di udara baik cairan atau padatan yang merupakan agregat individu dengan ukuran yang lebih besar daripada molekul tunggal tetapi lebih kecil dari 500 µm. particulat ini dapat dipilah dan dibahas atas dasar warna fisik, kimia, dan biologic. Watak fisik meliputi ukuran proses pembentukan, watak pengendapan, dan watak optic. Watak kimia mencakup senyawa organic atau senyawa anorganik. Watak biologic berkaitan dengan jenis bakteri, spora atau virus. Ukuran partikulat merupakan watak fisik yang utama.
Partikel dikelompokan atas dasar pembentukan dalam : debu (dust), asap (smoke), fumes, abu terbang (fly-ash), kabut (mist), atau spray. Empat jenis pertama berupa padatan dan dua jenis yang lain adalah cairan. Debu dihasilkan dari pemecahan massa yang lebih besar missal pemecahan, penggerusan atau peledakan. Debu juga dihasilkan dari proses atau penanganan bahan misalnya batubara, semen, padi-padian atau produk samping proses mekanik missal penggergajian kayu. Ukuran berkisar antara 1-10000 µm dan mudah mengendap akibat gaya gravitasi.
Asap adalah partikel yang halus akibat dari pembakaran tak sempurna senyawa organic missal tembakau, kayu atau batubara. Asap ini terutama disusun oleh karbon dan bahan lain dan berukuran 0,5-1 µm. Fumes adalah partikel yang halus dan merupakan hasil kondensasi uap bahan padat missal oksida seng, oxide timbale. Fumes ini dapat dihasilkan dari proses sublimasi, distilasi, kalsinasi,atau pencairan logam. Ukuran fumes adalah 0,03-0,3 µm.
Abu terbang berasal dari hasil pembakaran batubara yang berupa partikel tak terbakar yang semula dikandung oleh batubara. Ukuran abu ini berkisar 1-1000 µm. abu ini berwatak seperti asap akibat hasil pembakaran dan berwatak pula seperti fumes akibat kandungan bahan anorganik atau mineral.
Kabut adalah butir cair yang terbentuk akibat kondensasi uap atau disperse cairan. Ukuran kabut adalah kurang dari 10 µm. jika konsentrasi kabut ini tinggi, maka jarak pandang akan munurun. Spray merupakan partikel cairan yang dibentuk oleh proses atomisasi cairan awal missal pestisida dan herbisida. Ukuran partikel berkisar antara 10-1000 µm.
2. Pencemaran Udara
Alam dan kegiatan manusia serta industry membebaskan senyawa kimia ke lingkungan udara. Jika senyawa itu adalah asing untuk komposisi udara atau konsentrasi suatu jenis senyawa itu melebihi nilai ambang batas (TLV: threshold limit value), maka udara itu mengalami pencemaran. Pencemaran udara adalah peristiwa pemasukan dan/atau penambahan senyawa, bahan atau energy ke dalam lingkungan udara akibat kegiatan alam dan manusia, sehingga temperature dan udara tidak sesuai lagi untuk tujuan pemanfaatan yang paling baik atau nilai linggkungan udara itu menurun.
Dampak lingkungan akibat pencemaran udara dapat diamati pada:
1. Lingkungan fisik, dan
2. Lingkungan kesehatan.
Dampak lingkungan fisik diakibatkan oleh padatan renik atau debu, gas-gas karbonmonoksida, hidrookarbon, nitrogen oksiida dan sulfur oksida. Dampak ini dapat mengakibatkan dampak lanjutan pada lingkungan kesehatan, yang terlihat pada:
3. Penurunan jarak pandang dan radiasi matahari,
4. Kenyamanan yang berkurang,
5. Kerusakan tanaman,
6. Percepatan kerusakan bahan konstruksi dan sifat tanah, dan
7. Peningkatan laju kematian atau jenis penyakit.
Ross [1972] menyatakan bahwa pencemaran udara yang merupakan akibat dari kegiatan manusia dibangkitkan oleh enam sumber uutama:
8. Pengankutan
9. Kegiatan rumah tangga
10. Pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar minyak atau batubara
11. Pembakaran sampah
12. Pembakaran sisa pertanian dan kebakaran hutan
13. Pembakaran bahan bakar dan emisi proses.
Industry memberikan bagian yang relative kecil pada pencemaran atmosferik jika dibandingkan dengan pengangkutan. Meskipun industry dalam kenyataan memberikan bagian yang kecil dalam emisi senyawa pencemar, tetapi suumber ini mudah diamati, karena industry meruppakan sumber pencemaran tiitik (point source of pollution). Bagian paling besar yang dibebaskan oleh industry adalah padatan renik atau debu. Debu ini memberikan dampak negative bagi lingkungan biotic dan fisik.
Meskipun industry memberikan sumbangan pada pencemaran atmosferik yang relative rendah, namun industry harus dan wajib melakukan penanggulangan pencemaran. Pengendalian pencemaran ini akan mengakibatkan tingkat:
14. Kesehatan masyarakat lebih baik
15. Kenyamanan hidup yang lebih tinggi
16. Resiko lebih rendah
17. Kerusakan meteri yang rendah
18. Kerusakan lingkungan lebih rendah atau menurun.
Kendala yang harus dipertimbangkan adalah watak pencemaran itu sendiri. Watak ini tergantung:
19. Jenis dan konsentrasi senyawa yang dibebaskan ke lingkungan,
20. Kondisi geografik, dan
21. Kondisi meteorologik.
Upaya pengendalian pencemaran udara oleh industry yang pertama kali adalah penanggulangan emisi debu, sedangkan penanggulangan emisi senyawa pencemar fasa gas sering diusahakan pada tingkat akhir. Maslah ini lebih menonjol, karena indutriawan lebih mudah memahami masalah debu yang tampak dibandingkan dengan masalah senyawa pencemar yang tidak tampak. Perancang pabrik selalu berkeinginan agar kedua masalah itu dapat dipertimbangkan sejak awal rancangan, karena penambahan unit yang khusus digunakan untuk penghilangan senyawa pencemar fasa gas akan memerlukan biaya yang relative lebih tinggi, jika penambahan unit dilakukan pada waktu pabrik telah beroperasi.

3. Metoda Pengendalian Pencemaran Udara
Jika pengendalian pencemaran ingin diterapkan, maka berbagai pendekatan dapat dipilih untuk menentukan metoda pengendalian pencemaran udara. Pengendalian pencemaran yang dapat dilakukan meliputi pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran sehingga senyawa pencemar itu tidak berbahaya lagi baik untuk lingkungan fisik dan biotic maupun untuk kesehatan manusia.
Pengendalian senyawa pencemar pada sumber merupakan upaya yang paling berhasil-guna bahkan pengendalian ini dapat mengghilangkan atau paling sedikit mengurangi kadar senyawa pencemar dalam aliran udara atau fasa yang dibebaskan ke lingkungan. Pengendalian pencemaran dapat dicapai dengan pengubahan:
1. Jenis senyawa pembantu yang digunakan dalam proses
2. Jenis peralatan proses
3. Kondisi operasi, dan
4. Keseluruhan proses produksi itu sendiri.
Pemilihan tingkat kerja (actions) itu selalu dikaitkan dengan penilaian ekonomik seluruh produksi. Hal-hal yang menyulitkan adalah proses produksi yang berada di bawah lisensi. Jika pembentukan senyawa pencemar ini tidak dapat dihindarkan lagi, maka pemasangan alat untuk menangkap senyawa ini harus dilakukan. Secara umum penghilangan senyawa pencemar yang akan memasuki atmosfer adalah metoda yang didasarkan atas pengurangan (reduction) senyawa pencemar.
Berbagai jenis alat pengumpul (collectors) didasarkan atas pengurangan kadar debu saja atau kadar debu dan gas. Prinsip pengurangan kadar debu dalam aliran gas yang dibebaskan ke lingkungan diantaranya:
5. Pemisah Brown
Pemisahan jenis ini menerapkan gerakan partikel menurut Brown. Alat ini dapat memisahkan debu dengan rentang ukuran 0.01-0.05 mikron. Alat yang dipatenkan dibentuk dengan susunan filament gelas dengan jarak antar filament yang lebih kecil dari lintasan bebas rata-rata partikel.
6. Penapisan
Deretan penapis atau penapis kantung (filter bag) akan dapat menghilangkan debu hingga ukuran diameter 0.1 mikron. Penapis ini dibatasi oleh pembebanan yang rendah, karena pembersihan membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi. Susunan penapis yang bias digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu higroskopik. Temperature gas buang dibatasi oleh komposisi bahan penapis.

Electrostatic Precipitator
7. Pengendap elektrostatik
Alat ini memberikan tegangan tinggi pada aliran gas berkecepatan rendah. Debu yang telah menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan cara getaran. Keuntungan yang diperoleh adalah debu yang kering dengan ukuran rentang 0.3-0.5 mikron. Tetapi secara teoritik ukuran partikel yang dapat dikumpulkan tidak memiliki batas minimum.
8. Pengumpul sentrifugal
Pemisah debu dari aliran gas didasarkan atas gaya sentrifugal yang dibangkitkan oleh bantik saluran masuk alat. Gaya ini melemparkan partikel ke dinding dan gas berputar (vortex) sehingga debu akan menempel di dinding serta terkumpul di dasar alat. Alat yang menggunakan prinsip ini dapat digunakan untuk pemisahan partikel besar dengan rentang ukuran diameter hingga 10 mikron.
9. Pemisah inersia
Pemisah ini bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel di dalam aliran gas. Pemisahan ini menggunakan susunan penyekat, sehingga partikel akan bertumbukan dengan penyekat ini dan akan dipisahkan dari aliran fasa gas. Kendala daya guna ditentukan oleh jarak antar penyekat. Alat yang didasarkan atas prinsip gaya inersia bekerja dengan baik untuk partikel yang memiliki ukuran diameter lebih besar daripada 20 mikron. Rancangan yang baru dapat memisahkan partikel yang berukuran hingga 5 mikron.
10. Pengendapan akibat gaya gravitasi
Rancangan alat ini didasarkan perbedaan gaya gravitasi dan kecepatan yang dialami oleh partikel. Alat ini akan bekerja dengan baik untuk partikel dengan ukuran diameter yang lebih besar daripada 40 mikron dan tidak digunakan sebagai pemisah debu tingkat akhir.[Teller, 1972]dan prinsip pengurangan kadar debu dan gas secara simultan adalah:
11. Menara percik
Prinsip kerja pada menara percik ini adalah aliran gas yang berkecepatan rendah bersentuhan dengan aliran air yang bertekanan tinggi dalam bentuk butir. Alat ini merupakan alat yang relative sederhana dengan kemampuan penghilangan pada tingkat sedang (moderate). Alat dengan prinsip ini dapat mengurangi kandungan debu dengan rentang ukuran diameter 10-20 mikron dan gas yang larut dalam air.
12. Siklon basah
Modifikasi siklon ini menangani gas yang berputar lewat percikan air. Butiran air yang mengandung dan gas yang terlarut akan dipisahkan dengan aliran gas utama atas dasar gaya sentrifugal. Slurry ini dikumpulkan di bagian bawah siklon. Siklon jenis ini lebih efektif daripada menara percik. Rentang ukuran diameter debu yang dapat dipisahkan adalah 3-5 mikron.

Irrigated Cyclone Scrubber
13. Pemisahan venturi
Rancangan pemisahan venturi ini didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi dan berkisar antara 30-150 meter per detik pada bagian yang disempitkan dan gas bersentuhan dengan butir air yang dimasukan di daerah itu. Alat ini dapat memisahkan partikel hingga ukuran 0.1 mikron dan gas yang larut dalam air.
14. Tumbukan pada piringan yang berlubang
Alat ini disusun oleh piringan yang berlubang dan gas yang lewat orifis ini berkecepatan 10 hingga 30 meter per detik. Gas ini membentur lapisan air hingga membentuk percikan air. Percikan ini akan bertumbukan dengan penyekat dan air akan meyerap gas serta mengikat debu. Gas yang memiliki kelarutan sedang dapat diserap dengan air dalam alat ini. Ukuran partikel paling kecil yang diserap adalah 1 mikron.
15. Menara dengan packing
Prinsip penyerapan gas dilakukan dengan cara persentuhan cairan dan gas di daerah antara packing. Aliran gas dan cairan dapat searah arus maupun berlawanan arah arus atau aliran melintang. Rancangan baru alat ini dapat menyerap debu yang lebih besar dari 10 mikron.


16. Pencuci dengan pengintian
Prinsip yang diterapkan adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi dan partikel yang dapat ditangani berukuran hingga 0.01 mikron serta dikumpulkan pada permukaan filament.
17. Pembentur turbulen
Penyerapan partikel dilakukan dengan cara mengalirkan aliran gas lewat cairan yang berisi bola-bola berdiameter 1-5 cm. Partikel dapat dipisahkan dari aliran gas, karena debu bertumbukan dengan bola-bola itu. Efisiensi penyerapan gas bergantung pada jumlah tahap yang digunakan.[Teller, 1972]
Upaya pembersihan aliran gas atau udara sebelum dibebaskan ke lingkungan dapat dihubungkan dengan kebutuhan proses produksi, perolehan produk samping atau perlindungan lingkungan. Seringkali alat ini merupakan bagian integral dari suatu proses, jika sasaran utama adalah penghilangan gas yang beracun atau mudah terbakar.
Debu ditemui dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas (trace, apparent, bulk density), daya kohesi, sifat higroskopik dan lain-lain. Variable yang aneka ragam ini mengakibatkan pemilihan alat dan system pengendalian pencemaran udara oleh debu dan gas harus berhubungan dengan sasaran masalah pembersihan gas dan watak kinerja alat disamping penilaian ekonomik.
Penggunaan alat pengendalian pencemaran di dalam suatu system produksi harus dikaji sesuai dengan watak proses, watak gas yang dibuang, kondisi operasi dan biaya. Masalah rancangan proses pengendalian merupakan kegiatan yang menentukan dalam pemilihan system dan teknologi pengendalian pencemaran udara dalam industry.
Refferensi:
Setiadi, Tjandra. Prof. “Pengelolaan Limbah Industri”, Bandung: ITB.
Suryana, Apraya. “Laporan Kerja Praktek PT. Indonesia Power Suralaya” [tidak dipublikasikan

Pencemaran Udara dari Sektor Transportasi

Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya zat pencemar (berbentuk gas-gas dan partikel kecil/aerosol) ke dalam udara.
Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai hadirnya substansi di udara dalam konsentrasi yang cukup untuk menyebabkan gangguan pada manusia, hewan, tanaman maupun material. Substansi ini bisa berupa gas, cair maupun partikel padat. Ada lima jenis polutan di udara, yaitu partikulat dengan diameter kurang dari 10 µm (PM10), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO) dan timbal (Cooper,1994).
Daerah perkotaan merupakan salah satu sumber pencemaran udara utama, yang sangat besar peranannya dalam masalah pencemaran udara. Kegiatan perkotaan yang meliputi kegiatan sektor-sektor permukiman, transportasi, komersial, industri, pengelolaan limbah padat, dan sektor penunjang lainnya merupakan kegiatan yang potensial dalam merubah kualitas udara perkotaan. Pembangunan fisik kota dan berdirinya pusat-pusat industri disertai dengan melonjaknya produksi kendaraan bermotor, mengakibatkan peningkatan kepadatan lalu lintas dan hasil produksi sampingan, yang merupakan salah satu sumber pencemar udara.
Dari berbagai sektor yang potensial dalam mencemari udara, pada umumnya sektor transportasi memegang peran yang sangat besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Di kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%. Sedangkan kontribusi gas buang dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber pembakaran lain, misalnya dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan, dan lain-lain.
Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumber-sumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial yang meluas. Faktor perencanaan sistem transportasi akan sangat mempengaruhi penyebaran pencemaran yang diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi yang direncanakan.
Faktor penting yang menyebabkan dominannya pengaruh sektor transportasi terhadap pencemaran udara perkotaan di Indonesia antara lain:
1. Perkembangan jumlah kendaraan yang cepat (eksponensial)
2. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada
3. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota
4. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada, misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota
5. Kesamaan waktu aliran lalu lintas
6. Jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor
7. Faktor perawatan kendaraan
8. Jenis bahan bakar yang digunakan
9. Jenis permukaan jalan
10. Siklus dan pola mengenudi (driving pattern)
Di samping faktor-faktor yang menentukan intensitas emisi pencemar sumber tersebut, faktor penting lainnya adalah faktor potensi dispersi atmosfer daerah perkotaan, yang akan sangat tergantung kepada kondisi dan perilaku meteorologi.
Sektor transportasi mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumber energi. Seperti diketahui penggunaan energi inilah yang terutama menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Hampir semua produk energi konvensional dan rancangan motor bakar yang digunakan dalam sektor transportasi masih menyebabkan dikeluarkannya emisi pencemar ke udara. Penggunaan BBM (Bahan Bakar Minyak) bensin dalam motor bakar akan selalu mengeluarkan senyawa-senyawa seperti CO (karbon monoksida), THC (total hidro karbon), TSP (debu), NOx (oksida-oksida nitrogen) dan SOx (oksida-oksida sulfur). Premium yang dibubuhi TEL, akan mengeluarkan timbal. Solar dalam motor diesel akan mengeluarkan beberapa senyawa tambahan di samping senyawa tersebut di atas, yang terutama adalah fraksi-fraksi organik seperti aldehida, PAH (Poli Alifatik Hidrokarbon), yang mempunyai dampak kesehatan yang lebih besar (karsinogenik), dibandingkan dengan senyawa-senyawa lainnya.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa penggunaan bahan bakar untuk kendaraan bermotor dapat mengemisikan zat-zat pencemar seperti CO, NOx, SOx, debu, hidrokarbon juga timbal. Udara yang tercemar oleh zat-zat tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang berbeda tingkatan dan jenisnya, tergantung dari macam, ukuran dan komposisi kimiawinya. Gangguan tersebut terutama terjadi pada fungsi faal dari organ tubuh seperti paru-paru dan pembuluh darah, atau menyebabkan iritasi pada mata dan kulit.
Pencemaran udara karena partikel debu biasanya menyebabkan penyakit pernapasan kronis seperti bronchitis khronis, emfiesma paru, asma bronchial dan bahkan kanker paru-paru. Kadar timbal yang tinggi di udara dapat mengganggu pembentukan sel darah merah. Gejala keracunan dini mulai ditunjukkan dengan terganggunya fungsi enzim untuk pembentukan sel darah merah, yang pada akhirnya dapat menyebabkan gangguan kesehatan lainnya seperti anemia, kerusakan ginjal dan lain-lain. Sedangkan keracunan Pb bersifat akumulatif.
Keracunan gas CO timbul sebagai akibat terbentuknya karboksihemoglobin (COHb) dalam darah. Afinitas CO yang lebih besar dibandingkan dengan oksigen (O2) terhadap Hb menyebabkan fungsi Hb untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh menjadi terganggu. Berkurangnya penyediaan oksigen ke seluruh tubuh ini akan membuat sesak napas dan dapat menyebabkan kematian, apabila tidak segera mendapat udara segar kembali. Sedangkan bahan pencemar udara seperti NOx, SOx, dan H2S dapat merangsang pernapasan yang mengakibatkan iritasi dan peradangan.
Pengendalian pencemaran akibat kendaraan bermotor akan mencakup upaya-upaya pengendalian baik langsung maupun tak langsung, yang dapat menurunkan tingkat emisi dari kendaraan bermotor secara efektif.
Solusi untuk mengatasi polusi udara kota terutama ditujukan pada pembenahan sektor transportasi, tanpa mengabaikan sektor-sektor lain. Hal ini kita perlu belajar dari kota-kota besar lain di dunia, yang telah berhasil menurunkan polusi udara kota dan angka kesakitan serta kematian yang diakibatkan karenanya, seperti :
• Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api, diperbanyak.
• Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberi kontribusi polutan udara.
• Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
• Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang sering diistilahkan dengan "polisi tidur" justru merupakan biang polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat laju.
• Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan yang lain.
• Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.